Cerita Rakyat Asal usul danau toba
Cerita Rakyat Asal usul danau toba Asal usul danau toba - Di Sumatera Utara terkandung danau yang amat besar dan ditengah-tengah dan...
https://eiostudent.blogspot.com/2014/07/cerita-rakyat-asal-usul-danau-toba.html
![]() |
| Cerita Rakyat Asal usul danau toba |
Asal usul danau toba - Di Sumatera Utara terkandung danau yang amat besar dan ditengah-tengah danau berikut terkandung sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba tetapi pulau ditengahnya dinamakan Pulau Samosir. Konon danau berikut berasal berasal dari kutukan dewa.
Di sebuah desa di lokasi Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia mampu mencukupi kebutuhannya berasal dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya udah cukup untuk menikah, tapi ia selamanya pilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani berikut dalam hati. Beberapa pas sehabis kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia langsung menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan sehabis mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia kagum melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku bakal bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani berikut terperanjat mendengar suara berasal dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud jadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.
“Jangan kuatir pak, aku termasuk manusia seperti engkau. Aku amat berhutang budi padamu karena udah menyelamatkanku berasal dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk jadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, tersedia satu janji yang udah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri berasal dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka bakal berlangsung petaka dahsyat.
Setelah hingga di desanya, gemparlah masyarakat desa melihat gadis cantik jelita dengan petani tersebut. “Dia kemungkinan bidadari yang turun berasal dari langit,” gumam mereka. Petani jadi amat suka dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia konsisten bekerja untuk melacak nafkah dengan produksi sawah dan ladangnya dengan telaten dan ulet. Karena kedisiplinan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan jelek yang mampu menjatuhkan kesuksesan usaha petani. “Aku mengerti Petani itu tentu memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu hingga ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak jadi tersinggung, apalagi semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak mengakibatkan mereka lupa diri. Putera tumbuh jadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia jadi anak manis tapi agak nakal. Ia mempunyai satu normalitas yang mengakibatkan heran kedua orang tuanya, yaitu selamanya jadi lapar. Makanan yang selayaknya dimakan bertiga mampu dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selamanya mengakibatkan jengkel ayahnya. Jika disuruh menunjang pekerjaan orang tua, ia selamanya menolak. Istri Petani selamanya mengingatkan Petani sehingga bersabar atas ulah anak mereka. “Ya, aku bakal bersabar, walaupun bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda sesungguhnya seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu tersedia batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya tengah bekerja. Tetapi Putera tidak mencukupi tugasnya. Petani menunggu kehadiran anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera tengah bermain bola. Petani jadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak mengerti diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa mengerti udah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, saat itu juga itu termasuk anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang amat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap amat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan kelanjutannya membentuk sebuah danau. Danau itu kelanjutannya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.
